Langkah Umuh Muchtar yang mundur dari jabatan manajer Persib Bandung,
bagaikan bola salju yang terus menggelinding. Padahal hingga kini PT
Persib Bandung Bermartabat (PBB) belum juga mendapatkan penggantinya.
Mundurnya Umuh yang dikenal sebagai bobotoh tersebut, memicu pengurus
Maung Bandung lainnya untuk mengikuti jejaknya. Jajaran pengurus PT PBB
yang dikomandoi direktur utamanya, Glen Sagita menyatakan siap mundur jika pada akhir musim ini Persib dinilai tidak berprestasi.
Budaya mundur memang masih langka dipraktikkan di negeri ini. Jangankan
mundur dengan kesadaran sendiri, diturunkan atau diminta mundur pun,
orang Indonesia sering kali ogah melakukan.
Berbeda dengan
budaya di negeri orang. Saat seorang pemimpin, termasuk di bidang
olahraga, gagal melaksanakan tugasnya dengan baik, dengan sukarela dia
akan mundur. Contoh teranyar, mundurnya Josep Guardiolo dari Barcelona,
walaupun sebelumnya sudah mempersembahkan 14 gelar bagi Barca di
berbagai kompetisi.
Sosok sefenomenal Guardiola saja dengan
lapang dada mau meletakkan jabatannya sebagai pengakuan atas
kegagalannya musim ini. Apalagi bagi para pengurus PT PBB yang selama
tiga tahun berdiri, belum sekalipun memberikan trofi. Prestasi terbaik
Maung Bandung di bawah bendera PT PBB yang merupakan badan profesional,
hanya sampai posisi empat pada musim 2009/2010 lalu. Sebuah prestasi
yang belum layak dibanggakan.
Dengan minimnya prestasi, langkah
dari jajaran manajemen dan pengurus PT PBB, bisa jadi menjadi yang
terbaik. Karena itu, langkah Umuh Muchtar, juga sebelumnya pelatih Drago
Mamic yang mundur dari jabatannya, patut diberi apresiasi, sebagai
bentuk tanggung jawab moral mereka terhadap tugasnya. Dengan demikian
keduanya memberikan kesempatan bagi orang lain yang lebih mampu
menjalankan tugas membawa Persib kembali berprestasi.
Janji
pengurus PT PBB yang akan mundur jika Persib tak berprestasi di akhir
musim, pun patut kita tunggu kebenarannya. Satu yang pasti, manajemen
atau pengurus, termasuk pelatih dan para pemain, boleh saja silih
berganti dari zaman ke zaman, namun Persib harus tetap eksis di
belantika sepak bola Indonesia.
Karena sejarah telah
membuktikan, selama 79 tahun Persib mengalami pasang surut, bukan hanya
manajemen dan para pemain yang datang dan pergi, eksistensi klub banyak
mendapatkan rintangan. Namun terbukti, Persib yang lahir pada 14 Maret
1933 tersebut tetap eksis.
Bahkan skuad Persib masa lalu mampu
mempersembahkan prestasi berupa trofi juara. Di era kompetisi amatir
dengan kepengurusan yang amatiran juga, Persib mampu meraih 6 trofi
juara (1937, 1961, 1986, 1990, 1994, dan 1995). Nah, dengan kepengurusan
yang profesional dengan dukungan banyak sponsor, seharusnya Persib bisa
lebih kaya prestasi.
Bobotoh tentunya berharap, kalaupun nanti
benar-benar terjadi pergantian kepengurusan di tubuh manajemen tim dan
pengurus PT PBB, harus mampu membawa Persib ke arah yang lebih baik.
Mampu mempersembahkan gelar juara yang sudah terlalu lama tidak mampir
ke Kota Bandung. Untukitu, biarkan Persib diurus oleh ahlinya.
Source : Inilahjabar.com
~SAVE PERSIB
-------------------------
~=: SALAM BIRU, PERSIB SALAWASNA :=~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar